Ingin berlayar di sela-sela gerumbul bakau? Datanglah ke Segara Anakan, satu-satunya estuari di Pulau Jawa
Estuari
adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut. Di
sinilah terjadi percampuran air laut yang asin dengan air tawar dari
sungai. Perairan ini terhalang Pulau Nusakambangan, hotel prodeonya para
penjahat kelas kakap.
Kaya Ikan dan Burung
Dilihat
dari sisi ilmu lingkungan, pencampuran dua jenis air berbeda kadar
garam itu mengakibatkan tumbuhnya komunitas yang khas dan unik. Bahkan,
menurut Tri Nurcahyo, Dosen Program Sarjana Perikanan dan Kelautan,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Segara Anakan adalah pusat
ekologi tropis terbaik di Asia yang akan ditiru Jepang dengan anggaran
hingga Rp100 triliun.
Keunikan
estuaria tersebut sangat menarik. Betapa tidak, di Segara Anakan
terdapat 45 jenis ikan, di antaranya sidat, ikan lidah, dan ikan
sebelah. Belum lagi berjenis-jenis burung yang berstatus dilindungi,
antara lain Cangak Merah, Cangak Abu, Kuntul Besar, Kuntul, Kuntul
Kecil, Bluwok, Bangau Tong Tong, Camar, Gagajahan, Raja Udang, dan
Burung Madu. Masih ada pula burung-burung migran, seperti Trinil,
Gagajahan, dan Cerek. Mereka datang dari belahan bumi utara mulai
September hingga April menyinggahi hutan bakau.
Segara
Anakan juga merupakan lumbung benih udang yang akan berkembang di Laut
Selatan Jawa. Tingginya bahan organik di perairan hutan bakau
memungkinkannya menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan pembesaran
atau mencari makan dari beberapa ikan atau hewan air tertentu.
Hutan Bakau hingga Mancing
Melayari
jalur-jalur sungai di sela-sela gerumbul bakau yang luasnya hingga
5.000 ha adalah pengalaman sangat mengasyikkan. Terpaan angin dan suara
kecipak air dibelah perahu motor membuat penat terasa menguap. Bila
mengajak keluarga, putra-putri Anda pun bisa dikenalkan pada 26 jenis
tanaman bakau di tempat ini.
Sementara
bagi yang hobi mancing, Anda pun dapat mencoba memperdaya ikan kakap
merah, baleng, ataupun cangkek sekaligus menikmati suasana kampung laut.
Lokasi pemancingan biasanya di daerah Kejen atau dekat situs
peninggalan sejarah yang berupa candi. Untuk keperluan mancing, Anda
dapat menyewa perahu di Seleko dengan ongkos Rp150.000—Rp200.000 per
hari.
Lain
pula ongkos sewa perahu untuk berkeliling perairan, berkisar
Rp50.000—Rp100.000 per jam tergantung kepiawaian Anda menawar. Namun,
kalau mau irit, ajaklah rombongan karena satu perahu tempel memuat 10
orang.
Apabila
Anda ingin menikmati seluruh panorama Segara Anakan dan nuansa empat
kampung lautnya, yaitu Panikel, Ujung Alang, Ujung Gagak, dan Klaces,
datanglah pagi-pagi. Pasalnya, paling tidak diperlukan waktu seharian
untuk memutari kawasan tersebut.
Anda
tertarik? Segeralah meluncur ke sana. Musababnya, jika tidak ada
tindakan konservasi yang serius dari pemerintah, kawasan langka tersebut
akan berubah menjadi daratan dalam beberapa tahun mendatang. Biang
keladinya, muntahan material sedimen dari mulut Sungai Citanduy dan
Cibeureum yang mencapai satu juta meter kubik per tahun telah membuat
perairan ini menjadi semakin dangkal.
Soal
kondisi jalan menuju ke Segara Anakan, tidak perlu dikhawatirkan. Untuk
mencapai Seleko yang menjadi pusat mangkal perahu sangat mudah karena
lokasinya cukup dekat dengan Kantor Bupati Cilacap atau kantor
Pertamina. Hanya sekitar 15 menit perjalanan dengan bus dari terminal.
Usai berwisata, Anda dapat membeli ikan jambal, jahan, atau kakap yang
telah diasinkan sebagai buah tangan.
Sumber dan diedit dari : http://www.agrina-online.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar